Monumen Palagan Ambarawa

Monumen palagan merupakan sebuah tugu yang terletak pada kompleks bangunan museum palagan ambarawa. Di dalam museum palagan ambarawa disuguhkan koleksi peralatan perang masa kemerdeaan.

Museum Kereta Api Ambarawa

Museum kereta api ambarawa merupakan stasiun kereta api peninggalan masa kolonial Hindia Belanda. Didalamnya disuguhkan berbagai koleksi kereta api, terkhusus bertipe uap (kettle).

Rawa Pening

Rawa pening merupakan sebuah danau alam yang terbentuk karena topografi yang lebih rendah dari pada daerah sekitarnya. Namun, dikarenakan adanya vegetasi bengok berakibat terjadi pendangkalan sehingga disebut rawa.

Umbul Sidomukti

Pemandian alami diatas bukit sidomukti memberikan suatu pengalaman tersendiri. Disuguhkan pemandnagan nan luas dari rawa pening, gunung merbabu dan telomoyo.

Candi Gedong Songo

Candi gedong songo menjadi daya tarik karena konsep wisata yang unik, dimana selain disuguhkan berbagai peninggalan budaya juga ditawarkan kesejukan udara.

Senin, 24 Agustus 2015

Goa Maria Kerep Ambarawa

Perjalanan Anda dari dan atau ke Yogyakarta-Solo dapat dilengkapi dengan kunjungan wisata religi ke Gua Kerep yang berlokasi di Jalan Tentara Pelajar, Kelurahan Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tempat penziarahan umat Katolik yang damai dan asri ini rupanya juga banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai agama baik dari dalam maupun luar negeri.

Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) atau lebih dikenali dengan nama Gua Kerep dibangun mirip dengan Gua Maria Lourdes yang ada di Perancis. Dengan luas sekira lima hektar, tempat yang telah berdiri setengah abad ini tidak pernah sepi dari peziarah. Anda akan mendapati setiap saat dari pagi hingga malam, tempat ini senantiasa dikunjungi peziarah sekalipun di luar Bulan Maria (Mei dan Oktober).

Lokasi Gua Maria Kerep jauh dari jalan raya sehingga suasananya cukup tenang. Dari tempat ini dapat Anda melihat pemandangan Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Danau Rawa Pening. Sebagai sebuah ziarah dan tempat ibadah, Gua Maria Kerep dilengkapi fasilitas pendukung berupa Jalan Salib, Tempat Doa Lesehan, Gereja, dan taman hijau dengan bunga-bunga nan indah.

Gua Maria Kerep dibangun sebagai wujud kerinduan umat Paroki Santo Yusuf Ambarawa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan perantara Bunda Maria. Sebelum adanya GMKA, umat Katolik di Semarang dan sekitarnya berziarah ke Sendangsono, Muntilan, Jawa Tengah atau ke Sriningsih, Sleman, Yogyakarta.

Lokasi Gua Maria Kerep di kebun Bruderan sendiri ditemukan oleh Pastor Lukas Koersen SJ, yaitu direktur Bruder Apostolik dan Pastor Kester SJ. Tidak lama setelah itu, barulah Gua Maria dibangun di lokasi yang ditunjukkan kedua Pastor tersebut. Bangunan GMKA diresmikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ pada 15 Agustus 1954. Sejak diresmikan, gua ini kemudian ramai didatangi peziarah. Basanya umat Katholik berziarah ke Gua Maria pada minggu kedua setiap bulannya. Jumlah pengunjung rata-rata pada minggu kedua tersebut mencapai 8 ribu orang.

Sejak dibangun tahun 1954, Gua Maria Kerep mengalami beberapa kali renovasi dan fasilitas pendukung kegiatan rohani seperti rekoleksi, retreat, dan pertemuan rohani. Di kawasan ini juga dibangun stasi-stasi jalan salib di antara pepohonan rindang. Gua Maria Kerep dilengkapi pula kapel atau tempat beribadah yang mampu menampung 400 jamaah dan ruang rapat yang mampu menampung 180 orang. Halaman Gua Maria Kerep saat ini bisa menampung hingga 3000 umat.

Keberadaan Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) mewarnai sejarah perkembangan agama Katolik di Jawa Tengah. Sekarang ini, GMKA tidak hanya diakrabi umat Katolik Keuskupan Agung Semarang (KAS) tetapi juga oleh umat dari berbagai keuskupan di Indonesia.

Umbul Sidomukti

Kawasan wisata umbul Sidomukti merupakan salah satu Wisata Alam Pegunungan di Semarang, berada di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Kawasan wisata ini dengan didukung fasiltas & Servis: Outbond Training, Adrenalin Games, Taman Renang Alam, Camping Ground, Pondok Wisata, Pondok Lesehan, serta Meeting Room. Ada empat buah kolam yang bertingkat dan dapat dipilih sesuai kedalaman yang diinginkan. Airnya sangat dingin, jernih dan menyegarkan. Selain itu ditambah pula dengan beberapa sarana olahraga menantang keberanian di sisi kolam. Terdapat lintasan flying fox dengan dua pilihan track, marine bridge di lembah, rapeling menuruni lembah sisi kolam, dan ATV, kolam renang alami dan jalur trekking. Taman renang umbul alam Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung ungaran dengan ketinggian 1200 dpl, diapit jurang dikedua sisinya.
Flying fox dengan panjang lintasan 110 meter, dengan jarak ketinggian dari titik terendah lembah sekitar 70 meter. Flying fox ini menyeberangi lembah, jadi seakan berpindah dari lereng bukit ke bukit di seberang dengan bergantung pada dua utas tali dan pengaman serta helm. Seperti biasa, flying fox dapat dilakukan dengan memilih gaya terlungkup seperti superman sedang terbang, atau gaya duduk biasanya. Tarif karcis flying fox lembah ini hanya 12.000 IDR, tak mahal untuk sekedar menguji keberanian.
Tiket parkir mobil 2.000 IDR. Tiket masuk untuk hari biasa 4.000 rupiah per orang dan 5.000 rupiah pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Ingin mencoba marine bridge? Siapkan 7.000 IDR untuk tiketnya. 6.000 IDR untuk rapeling, dan 15.000 – 20.000 IDR untuk 3x putaran ATV. Selain tiket reguler, pengelola juga menawarkan paket untuk kelompok berisi minimum 20 orang untuk corporate event seperti trekking.
Umbul Sidomukti dapat ditempuh dari arah Semarang menuju Solo, sampai menemukan pom bensin Lemah abang di sisi kiri jalan, belok kanan menuju ke arah Bandungan. Sampai di Pasar Jimbaran di sisi kiri, akan ada gang bertuiskan sidomukti di sisi kanan dengan jalan menanjak. Di sepanjang jalan kecil ada beberapa papan petunjuk untuk sampai ke Taman Renang Alam Umbul Sidomukti, Desa Sidomukti, Bandungan, Semarang.
Bus ukuran besar tidak bisa masuk ke area ini karena jalannya sempit, bus mini atau bis ukuran kecil untuk masuk perlu sopir dengan kemampuan sangat bagus.

Rawa Pening

Rawa Pening ("pening" berasal dari "bening") adalah danau sekaligus tempat wisata air di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan luas 2.670 hektare ia menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
Danau ini mengalami pendangkalan yang pesat. Pernah menjadi tempat mencari ikan, kini hampir seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng gondok. Gulma ini juga sudah menutupi Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Usaha mengatasi spesies invasif ini dilakukan dengan melakukan pembersihan serta pelatihan pemanfaatan eceng gondok dalam kerajinan, namun tekanan populasi tumbuhan ini sangat tinggi.
Menurut legenda, Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing. Cerita Baru Klinthing yang berubah menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua ini sudah berlalu.
Rawa ini digemari sebagai obyek wisata pemancingan dan sarana olahraga air. Namun akhir-akhir ini, perahu nelayan bergerak pun sulit.

Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.

Jarak Tempuh
Untuk menempuhnya, diperlukan perjalanan sekitar 40 menit dari Kota Ambarawa dengan jalanan yang naik, dan kemiringannya sangat tajam (rata-rata mencapai 40 derajat). Lokasi candi juga dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari obyek wisata Bandungan. Berikut daftar jarak tempuh menuju candi ini.
  • Gedong Songo - Ungaran : 25 km
  • Gedong Songo - Ambarawa : 15 km
  • Gedong Songo - Semarang : 45 km

Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen, serta B 5112 buatan Hannoversche Maschinenbau AG sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik/Swiss Locomotive and Machine Works) di halaman museum.

Bangunan dan Lokasi
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.[2]
Stasiun ini awalnya menjadi titik pertemuan antara lebar sepur 1.435 mm ke arah Kedungjati dengan 1.067 mm ke arah Yogyakarta melalui Magelang. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran lebar sepur yang berbeda.[3]
Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap yang kemudian berada pada masa pemanfaatan kembali ketika jalur rel 1.435 mm milik Perusahaan Negara Kereta Api ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat pada kompleks stasiun.[3] 

Jalur Kereta Api
 Rel 1.067 mm menuju Yogyakarta (disebut lintas 'selatan' meskipun sebenarnya membentang melewati selatan ke barat melalui Ambarawa) adalah sesuatu yang menarik karena rel bergigi antara Jambu dan Secang adalah satu-satunya yang masih beroperasi di Pulau Jawa. Jalur di luar Bedono ini ditutup pada awal tahun 1970 setelah rusak akibat gempa, serta kalah bersaing dengan moda transportasi lainnya. Jalur dari Kedungjati (disebut lintas 'utara' karena tujuan akhirnya adalah Semarang, meskipun sebenarnya berjalan dari timur yang bermula dari Ambarawa) hanya mampu bertahan sampai pertengahan 1970-an, karena lalu lintas KA yang sangat sedikit, juga karena lebih cepat untuk bepergian dengan kendaraan bermotor menuju Semarang. Kehadiran jalur gigi berarti bahwa ada kemungkinan lalu lintas KA dari Semarang ke Yogyakarta tidak begitu padat.[3] Saat ini jalur kereta api ke Kedungjati hingga Semarang dan stasiun-stasiunnya sedang dibangun kembali. Diharapkan proyek ini bisa selesai pada tahun 2015 dan museum ini bisa melayani kereta api penumpang menuju ke Semarang maupun Jakarta setelah 40 tahun mati suri

Wisata
Museum ini melayani kereta wisata Ambarawa-Bedono pp, Ambarawa-Tuntang pp dan lori wisata Ambarawa-Tuntang pp. Kereta wisata Ambarawa-Bedono pp atau lebih dikenal sebagai Ambarawa Railway Mountain Tour ini beroperasi dari museum ini menuju Stasiun Bedono yang jaraknya 35 km dan ditempuh 1 jam untuk sampai stasiun itu. Kereta ini melewati rel bergerigi yang hanya ada di sini dan di Sawahlunto. Panorama keindahan alam seperti lembah yang hijau antara Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu dapat disaksikan sepanjang perjalanan.
Pemandangan yang dapat dinikmati dari kereta dan lori Ambarawa-Tuntang pun tak kalah bagusnya. Kereta ini berangkat dari stasiun menuju Stasiun Tuntang yang berada sekitar 7 km dari museum. Di sepanjang jalan dapat dilihat lanskap menawan berupa sawah dan ladang dengan latar belakang Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Rawa Pening di kejauhan. Kereta ini sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi ditutup pada 1980-an karena prasarana yang rusak.
Harga karcis kereta wisata adalah Rp50.000 per orang, sedangkan lori Rp10.000 per orang. Harga sewa kereta Rp3.000.000




Palagan Ambarawa

Monumen Palagan Ambarawa merupakan sebuah bangunan sebagai bukti sekaligus untuk mengenang pahlawan-pahlwan yang telah gigih berjuang selama masa kemerdekaan.

Kronologi Peristiwa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.